Kamis, 02 Agustus 2007

Si Kerdil vs Geng Rampok

Di tepian sebuah danau di kaki bukit, sebuah rumah bergaya Eropa berdiri megah dan besar bertiangkan jati utuh. Selain megah rumah ini jugah tampak sangat asri dan terawat, sungguh tempat tinggal yang mengiurkan yang merupakan impian setiap orang.
Walau tampak mencolok diantara rumah sekitarnya, rumah ini tampak selalu aman dan nyaman untuk ditinggali, karena Pak Tua sang pemilik adalah seorang yang sangatlah dermawan dan rendah hati. Setiap minggu, Pak Tua selalu membuka gerbang rumahnya lebar-lebar membagikan makanan dan pakaian kepada siapapun yang membutuhkan. Berkat kebaikan inilah Pak Tua dan keluarga, tetap hidup dengan tenang dan nyaman di rumah tuanya yang megah, karena warga sekitarnya sangat menghormati Pak Tua dan keluargannya.
Segerombolan geng perampok yang sangat ditakut datang mengacaukan kampung tetangga. Gerombolan ini sangatlah bengis, mereka tidak segan-segannya melukai korban apabila tidak menuruti permintaannya. Orang-orang di kampung Pak Tua pun sangat takut mendengar kabar ini. Sore hari terasa menjadi lebih pendek, karena begitu matahari tengelam setiap rumah sudah ditutup dan dikunci rapat-rapat, sehingga malam terkesan datang lebih cepat dan lebih lama. Mereka takut geng perampok itu datang ke kampung mereka.
Malam itu, kebetulan Pak Tua dan istri sedang menginap di luar kota menghadiri pesta pernikahan keponakan perempuannya, orang pekerjanya turut mendamping Pak Tua. Rumah Pak Tua terlihat sepi, dan hanya tinggal dua orang pendek, si kerdil dan si pendek namanya. Mereka telah menetap dan dibesarkan Pak Tua sejak mereka dipungut dari sebuah panti asuhan.
Tok... Tok... Tok... Tok... ”Kerdil cepat buka pintu”. Teriak seorang tetangga. ”Ada Apa”? Teriak Kerdil. “Kamu cepat tutup rapat semua pintu dan Jendela. Ada geng perampok masuk ke kampong kita!” Kemudian bergegas si tentangga kembali ke rumah dan menutup rapat pintu dan jendela rumahnya.
Kerdil sangat bingung, karena Pak Tua dan anggota keluarga lainnya tidak ada di rumah. Sementara hanya tinggal mereka berdua yang lemah. Sungguh bingung, apa yang harus mereka perbuat kalau seandainya perampok itu benar-benar datang merampok rumah Pak Tua.
Pendek berkata, ”Jangan khawatir, walau tubuh kita pendek tapi kita punya panjang akal. ”Ikuti kata-kata ku. Kita segera nyalakan semua lampu dan buka semua jendela dan tutup kordennya, kita buat kesan seolah rumah kita ramai dan ada pesta didalamnya.”
Segera dinyalakanlah seluruh lampu, hingga rumah Pak Tua menjadi terang benderang. Musik pun dinyalakan keras-keras, sehingga seolah ada pesta besar di dalamnya. Kemudian bergegas Kerdil dan Pendek menempatkan rapi meja berikut beberapa bakul makanan dan minuman di luar gerbang sementara pendek kemudian berdiri di balik pintu gerbang bagian dalam rumah Pak Tua. Sungguh serasa memang ada pesta yang meriah di rumah Pak Tua.
Tak berapa lama berdiri di balik gerbang, datanglah sekitar 12 orang bergerombol dengan wajah seram . Mereka berdiri dan mengamati rumah nan besar dan megah itu, ketika akan bergerak masuk, nampaknya mereka sangat ragu. Mereka berdiri dan mondar mandir di depan pintu gerbang sambil terus mengamati rumah Pak Tua. Mereka merasa aneh, karena biasanya di setiap tempat mereka datang, mereka selalu disambut dengan kengerian penduduk setempat bukan pesta besar.
Selang beberapa saat, mereka mendekat dan dengan kasar bertanya kepada si Pendek. ”Hi, manusia Pendek, ada apa di dalam ?” ”Oh, selamat malam tuan-tuan, apakah tuan juga tamu undangan ?” tanya si Pendek. ”Kurang ajar kamu, emangnya siapa saja yang ada di dalam ?” Sahut si Botak kepala perampok. ”Maaf tuan-tuan, mereka adalah para pejabat dan pembesar utusan negara yang datang merayakan ulang tahun Pak Tua tuan besar kami.” jawab si Pendek.
Sejenak si Botak ketua geng rampok itu tertegun dan menjadi ciut mendengar jawaban si Pendek, ”Lalu apa maksud meja dan makanan di luar ini?”Tanya si Botak heran. ”Oh itu memang kami sediakan untuk siapa saja yang ingin menikmatk hidangan kami di dalam dan tidak memiliki kartu undangan.” Jawab si Pendek.
Mendengar jawaban itu, bagaikan segerombolan Macan yang tidak makan selama sebulan, ke sepuluh perampok itu menyerbu makanan yang disediakan itu dengan brutal dan lahap. Mereka berpesta, mereka minum arak yang disediakan dengan rakus dan mereka tertidur di tempat setelah makan dan minum kekenyangan.
Kerdil dan Pendek segera membuka pagar, mendekati geng perampok yang tertidur itu menyingkirkan semua senjata yang ada dan mengikat erat-erat seluruh perampok dengan kuat mulai dari tangan, badan hingga kaki ke 12 geng perampok ini. Ternyata Kerdil dan Pendek telah mencampur obat tidur, sehingga ke 12 geng perampok ini dapat diikat dengan mudah.
Matahari mulai bersinar terang, dan ”byurrrr.....” Guyuran air menimpa masing-masing perampok. Ketika mata mereka terbuka, mereka ternyata sudah berada di tengah lapangan dan dikerumuni oleh para penduduk. Keringat dingin geng perampok mengalir tanda ketakutan, mereka tidak ingat lagi apa yang terjadi, tiba-tiba datanglah polisi mengangkut mereka masuk kedalam truk untuk diproses secara hukum.

Tidak ada komentar: